Aku berhenti bukan karena aku sudah tidak sanggup. Aku menyerah bukan berarti aku lelah. Aku melepas bukan berarti aku lemah.
Aku hanya tidak sanggup menunggu lagi, toh sampai kapanpun aku menunggu, aku tahu hasilnya akan seperti ini. Selama apapun aku bertahan, nihil yang akan kudapat pada hasil akhir.
Aku juga wanita yang bisa menangis ketika sesuatu mencabik hatiku. Aku hanya manusia biasa yang tak pandai meracik emosi dalam jangka panjang.
Aku sudah terlalu lama diam. Diam menunggu kamu yang tak juga datang memberi jawaban. Diam menunggu kamu memberi isyarat kepadaku apakah aku harus berhenti atau tidak.
Aku sudah terlalu lama diam. Diam sendiri menyembunyikan segala luka yang menyayat hati. Diam menangis di dalam hati.
Aku hanya butuh kepastian. Karena sampai kapanpun aku menunggu, bila seterusnya akan seperti ini, aku (juga) hanya akan mendapat nihil di penghujungnya.
Aku melepasmu bukan berarti aku sudah tidak sanggup memeluk bayangmu. Aku melepas karena aku tahu, ada wanita yang lebih kuasa memeluk ragamu, bukan hanya bayang seperti aku.
Aku berhenti menunggu bukan berarti aku sudah sanggup hidup tanpa kenangan masa lalu. Aku berhenti karena kau mempunyai kenangan yang lebih syahdu.
Aku diam. Aku diam. Aku diam.
Jangan tanya aku macam-macam.
Sesungguhnya aku masih menyayangmu, masih ingin memelukmu, ingin dibuai olehmu. Tapi aku sudah muak hidup dengan sejuta sandiwara setiap kali aku mengingatmu
No comments:
Post a Comment