***
Seolah ribuan Dewi Fortuna sedang berpihak kepada mereka, Ify, Riko, dan Via merasa merekalah manusia paling bahagia di muka bumi ini. Ta hentinya mereka mengucap syukur kepada sang pencipta. Tuhan
memang baik. Rencana-nya memang tak ada yang bisa menebak.
Via duduk di atas sofa ruang yang berada di hadapan TV, di rumahnya. Di tangan kanannya terdapat amplop coklat yang membuat seulas seyum masih terpatri jelas
di wajahnya. di samping kanannya, Papahnya sedang duduk, menepuk-nepuk puncak
kepalanya. Merasa bangga akan anaknya itu. sedangkan Mamah tirinya, baru saja
selesai menelefon Mamah kandung Via, memberitahu akan berita bahagia ini.
Tiba-tiba Via kembali memeluk Papahnya. Mungkin ini sudah keseratus kalinya dia
melakukan hal ini.
“Via bisa Pah… via bisa bikin kalian bangga…..” pekiknya dalam pelukan sang Papah. Papahnya mengelus rambut Via.
“Iya, Papah tau Via pasti bisa. Maafin Papah yah karena Papah pernah menyepelekan kamu.” Sahutnya, lalu menarik wajah Via dan memegang erat pundak Via dengan
kedua tangannya.
Via mengangguk, air mata haru kembali mengaliri pipinya, “Ini buat kalian.” katanya, mengangkat ke atas amplop berwarna coklat itu. Papahnya mengecup kening Via.
Tiba-tiba Kak Zahra baru saja menapakkan kakinya di anak tangga paling terkahir. Dengan sedikit heran, dia melangkah mendekati Via dan Papahnya berada.
“Lo keterima Vi?” tanya Kak Zahra, nada sinis terdengar jelas dari nada bicaranya.
Via mengangguk, “gue bisa ka……” pekiknya. Menatap kakanya dengan penuh harap. Berharap Kakak tirinya itu akan memeluknya.
Kak Zahra membuka tangannya, menyambut Via dalam pelukan, tak kurang dari 5 detik, ia dan Via sudah berpelukan. Sedikit rasa sesal memenuhi relung hati Zahra.
Harapan Via untuk memeluk Zahra akhirnya terkabul.
“Maafin gue yah Vi… pasti omongan gue selama ini nyakitin hati lo bangget.” Ujarnya dalam pelukan.
“Gak apa-apa kak, malah omongan lo jadi motivasi buat gue.” Sahut Via. kak Zahra melepaskan pelukannya dan menatap Via. rasa bangga terhadap adik tirinya
itu luar biasa besarnya.
“Gue bangga sama lo Vi. Mulai sekarang gue gak akan lagi ngejelek-jelekin lo Vi.” Katanya tulus. Via mengangguk lalu tersenyum. Papah dan Mamahnya yang melihat
itu hanya bisa tersenyum. Mereka juga sadar, bahwa mereka sangat kurang dalam
memperhatikan Via. mereka sangat cuek terhadap Via. Kini mereka akan lebih
memperhatikan Via, tanpa mengurangi perhatiannya kepada Zahra.
Tak jauh dengan Via, Ify pun sama. Keluarganya sedang diselimuti rasa bahagia. Bukan hanya di terimanya Ify di SMA Favorit, tapi juga kesempatan Ify untuk
sembuh. Orang tua Ify sudah menemui Dokter Danang dan setuju akan operasi itu.
Operasi pun akan di laksanakan 3 hari kemudian.
Ify, Rio, Via, Iel, dan Shilla tengah duduk di kursi tungu, yang berada di koridor dekat ruangan dimana Riko sedang melakukan
operasi. Wajah mereka pias, jari-jari mereka di ketuk-ketukkan ke pahanya
masing-masing. Sesekali mereka berjalan mondar-mandir. Seolah menunggu 150
menit itu bagaikan menunguu 20 tahun.
Orang tua Riko dan Keke pun tak kalah gelisahnya. Tapi yang jelas dalam hati mereka semua terpanjat do’a-do’a untuk keberhasilan operasi itu.
Detik demi detik berdenting, menit demi menit begulir, jam demi jam pun terus berputar, yang di tunggu pun akhirnya kelar dari ruangan yang mengerikan itu.
semua langsung mengerumuni dokter yang baru saja melepas maskernya.
“Operasinya………lancar dan berhasil.” Katanya. Dengan jedaan yang membuat mereka semua menunggu dengan hati yang sangat berdebar. Ucapan dokter tadi langsung membuat mereka memuji
syukur kepada Tuhan.
Seraya mengelap air mata haru dari sudut matanya, Mamah Riko bersalaman dengan Dokter, diikuti oleh Papah Riko juga. Keke masih dalam pelukan Shilla, tak mampu
membendung rasa bahagianya. Sedangkan Via, Iel, Ify, dan Rio
masih tak sadar karena terlalu larut dalam kebahagian. Seolah dunia hanya di
tempati oleh kebahagiaan merela. Dokter sendiri merasa puas dengan hasil
kerjanya. Usahanya mampu membuat orang disekitarnya tersenyum, bahkan menangis
haru.
Seminggu dari hari Operasi Riko, semua berjalan dengan sangat indah. Riko yang tidak lagi mempunyai beban apapun. Shilla yang tidak perlu merasa takut kehilangan
Riko Secara tiba-tiba, Via, Iel, Rio, dan Ify
yang tak perlu kehilangan sahabatnya nanti. 3 hari seusai operasi pun Riko
sudah diizikan pulang oleh pihak rumah sakit.
Kali ini Ify. Hari ini Ify akan menjalani operasi untuk penyembuhan kankernya. Sama seperti kejadian Riko saat di operasi, para sahabat pun setia menunggu.
Memanjatkan do’a. meminta yang terbaik kepada Tuhan.
Butuh waktu 3 jam untuk menyelesaikan operasi Ify. Para sahabat dan keluarga Ify dengan setia menanti. Menanti kabar dari Dokter yang
akan mengatakan bahwa operasi Ify berjalan lancar. Setiap detik terasa satu
jam. Sangat lama. Tapi tanpa lelah mereka terus menanti.
Suara kenop pintu ruang operasi terbuka. Semua yang asalnya berposisikan duduk langsung segera bangkit dan mengerumuni Dokter. Tersirat harapan yang sangat
besar dari pancaran mata mereka masing-masing.
“Operasinya….berjalan lancar.” Ujar Si Dokter, lalu tersenyum lebar. Semua yang ada disitu langsung mengucapkan syukur yang sebesar-besarnya kepada Tuhan. Mamah Ify pun sampai
meneteskan air mata kebahagiaan.
Suara sudah terdengar riuh. Para siswa dan siswi sudah berkumpul. Mendatangi acara pelepasan atau yang biasa disebut acara perpisahan
angkatan. Via yang mengenakan dress bermotif batik itu melangkahkan kakinya
untuk menuruni mobil. Cade clothes acara perpisahan kali ini memang batik. Baru
saja dia menutup pintu, sambutan hangat dari Shilla dan Ify yang langsung
menghampirinya langsung terdengar. Mamah tiri Via hanya tersenyum melihatnya. Via
memeluk hangat kedua sahabatnya itu.
“Mamah masuk duluan yah.” Kata Mamahnya setelah bersalaman dengan Shilla dan Ify. Via hanya mengangguk. Mamahnya pun berjalan memasuki gedung dimana acara dilaksanakan.
“Via cantik banget.” Puji Shilla tulus, seraya meperhatikan Via dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan kedua tangan memegangi kedua pundak Via.
Via tersenyum, “semuanya cantik ko.” Jawab Via.
“Ahhhh tapi lo emang paling cantik deh Vi……” timpal Ify, “nanti Iel tambah naksir tuh.” Godanya seraya mencuil dagu Via.
“Aih……kok jadi bawa-bawa Iel sih.” Via merasakan pipinya mulai bersemu. Shilla dan Ify hanya terkekeh.
“Yaudah yuk masuk. Dari tadi kita di paparazzi in nih sama tukang fotonya. Berasa artis aja.” Kata Shilla yang diberi anggukan oleh Ify.
“Foto dulu aja yuk yang bener minta ke tukang fotonya. 3 taun sekali.” Kata Via seraya terkekeh. Ify dan Shilla lalu menganggk. Memanggil salah satu tukang
foto dan langsung siap bergaya.
Via Shilla dan Ify sudah duduk manis di bangku dalam gedung. Di sebelah mereka juga duduk Iel, Rio dan Riko. Menikmati setiap
hiburan yang disajikan dalam acara ini. Ada
drama, tarian tradisional, nyanyi, band, modern dance, sampai penghargaan
kepada nilai terbaik. Suasananya sangat ramai. Mungkin bisa dibilang ini adalah
hari terakhir mereka berkumpul bersama.
Ify, Via, Shilla, Rio, Riko, dan Iel terjebak dalam derasnya hujan. Jam sudah menunjukan pukul 5 sore. Acara sudah selesai sejak
jam 2 tadi. Salahnya, mereka tidak langsung mengikuti ajakan orang tua untuk
segera pulang. Mereka memilih untuk bermain di taman sebelah gedung.
Menghabiskan waktu kebersamaan mereka. Mereka berenam berteduh di pos yang
berada di sudut taman. Sangat pas ukurannya dengan jumlah mereka.
“Ujannya udah agak reda. Tiggal gerimis kecil.” Kata Via, seraya menegadahkan tangannya ke langit. Merasakan tetes demi tetes air hujan yang membasahi telapak
tangannya.
“Tapi gerimis yang bikin pusing.” Timpal Riko yang duduk di sebelah Via, menggosok-gosoka telapak tangannya sendiri, menghangatkan tubuh. Via menoleh.
“Terus sampe kapan mau disini?” tanya Via, mulai putus asa. Sudah setengah jam mereka menunggu hujan benar-benar reda.
“Tunggu ajalah Vi, bentar lagi juga reda kok.” Sahut Shilla yang duduk di sebelah kanan Riko. Via mengangguk lalu tersenyum, kembali duduk.
“Ehm.” Rio yang duduk di depan Riko berdeham, semuanya langsung menatap Rio, “Guys……masalah gue pindah ke Surabaya……”
katanya, menggantungkan ucapan. Mereka semua teringatkan oleh hal ini. Seiring
berjalannya waktu dan sibuknya mereka, mereka sampai lupa kalau Rio akan pindah. Akan berpisah dari mereka. Oh….Ify
selalu mengingat hal ini. Hal yang tak ingin Ify terima. Sesuatu yang
benar-benar ingin Ify tolak, “Gue gak jadi pindah.” Seru Rio, lalu tersenyum
lebar menatap wajah sahabatnya bergantian. Ify yang semula hanya menunduk
akhirnya menatap Rio dengan senyuma yang
sangat merekah.
“Serius?” tanyanya. Suaranya tercekat. Rio mengangguk seketika lalu mengusap puncak kepala Ify. Ify menyenderkan kepalanya di bahu
kiri Rio.
“Akhirnya gak jadi pindahhh………” kata Iel yang dijawab oleh anggukan dari semuanya.
“Eh ujan-ujannan yuk!” ajak Via tiba-tiba. Lalu mulai bangkit dan keluar dari pos tanpa menunggu jawaban dari para sahabatnya. Via lalu berlari berputar di bawah
rintikan hujan. Kepalanya ia gadahkan ke langit, membiarka wajahnya di tetesi
oleh gerimis-gerimis kecil. Sahabatnya yang lain mengikuti. Menikmati hari ini.
Mungkin hari ini adalah puncak kebahagiaan dari hari-hari sebelumnya. Hari-hari
yang juga sangat menjadi hari mereka.
Iel membentangkan tangannya. Memikirkan sesuatu yang selama ini mengganjal di fikirannya. Haruskah ia ungkapkan hal itu sekarang? Disaat mereka akan
berpisah? Apakah ini tidak terlalu terlambat?
“Eh Shil, Ko……kalian jadinya sekolah dimana?” tanya Ify, ketika mereka masih berputar-putar di bawah hujan.
“Gue sama Riko udah lolos masuk SMA 5 lewat jalur prestasi.” Jawab Shilla sumringah, mengerling sesaat ke arah Riko, yang kini tengah mengenggam tangan kanannya.
“Selamat yaaaaa!” timpal Via, “lo gimana Yel di SMAKBO?” tanya Via, mengalihkan matanya menuju Iel.
Iel membuka matanya, menatap Via yang berdiri lurus di hadapannya, dengan jarak sekitar 2 meter, “Gue udah keterima di
SMA 5, gak jadi di SMAKBO, sama lewat japres.” Jawab Iel. Via dan Ify hanya
manggut-manggut. Rio sudah mengetahui hal ini
dari dulu.
“Wah bagus dong, berarti kita semua udah dapet SMA.” Kata Via semangat.
“Gue belum.” Sahut Rio, lalu sedikit memajukan bibirnya.
“Oh Iya, lo sekolah dimana Yo?” tanya Riko, yang sedang menumpangkan lengan kirinya ke bahu Rio.
“Gue masuk swasta, bagus kok sekolahnya.” Jawab Rio, lalu menjatuhkan bahunya, membuat Riko sedikit oleng. Rio tersenyum
puas. Riko hanya menggaruk kepalanya asal.
“Ehm Vi.” Iel berdeham. Membuat semuanya langsung menoleh ke arahnya. Iel menunduk, memainkan jemarinya. Dalam hati ia berdoa semoga ini adalah waktu yang paling
baik. Shilla dan Ify berdiri mendekat ke arah Via. Via menatap kedua sahabatnya
dengan heran. Shilla dan Ify kompak angkat bahu. Rupanya mereka sedikit
mengerti.
“Gue suka sama lo Vi.” Lanjutnya, setelah mengangkat wajahnya dan menatap Via tajam. Via menelan ludah. Keringat dingin mulai bercucuran, walau tak nampak karena
berpadu dengan air hujan yang telah menyatu dengan tubuhnya. Semu wajah
keduanya memerah. Rio Riko Shilla dan Ify tersenyum. Akhirnya waktu ini tiba.
“Gue sayang sama lo Vi….dari dulu….”gumamnya lagi. Mata mereka saling beradu. Membuat keduanya nyaman dengan keadaan seperti ini. Selama beberapa detik
keheningan terjadi. Membiarkan angin yang berhembus, membelai lembut bahu
mereka. Mebiarkan rintikan hujan turun, berharap air yang membasahi tubuh
mereka akan segera turun ke tanah, membawa semua asa yang mengganjal dihati.
Ify menggenggam tangan kiri Via,merasakan telapak tangan Via sudah dingin,
entah karena hujan atau rasa gugup. Sedangkan Shilla mengelus lembut bahu Via.
Riko dan Rio hanya melipat kedua tangan mereka
di dada, menyaksikan.
“Lo mau gak jadi cewek gue?” setelah beberapa detik keheningan tercipta, Iel kembali bersuara. Mengeluarkan ucapan yang lebih membuat gugup. Iel menunduk,
menyembunyikan rona wajahnya. Via pun sama, dia menggigit ujung bibir bawahnya.
Hatinya kalut seharusnya dari dulu dia sudah berfikir, cepat atau lambat hari
ini akan datang. Masihkah ia harus menyembunyikan semuanya di saat semua
seperti ini? Haruskah ia masih menymbunyikan perasaannya? Via berfikir keras.
Berusaha mencari jawaban agar tak ada pihak yang terluka. Dia ingin, tapi
bagian dari hatinya yang lain masih memilih untuk tidak memikirkan hal ini
dulu, lebih memilih untuk memikirkan masa depan yang harus ia genggam nantinya.
Sedangkan bagian hatinya yang lain sangat ingin. Ingin memiliki lelaki yang
baru saja menyatakan perasaan kepadanya.
Via mengangkat wajahnya. rupanya Iel sudah lebih dulu mengangkat wajah. Semua merasa gemetar, terutama Iel. Via menatap Iel lalu mengangguk pasti. Seraya
memejamkan matanya, berdoa agar ini adalah jawaban yang paling tepat. Rio Ify
Shilla dan Riko tersenyum seraya menghembuskan nafas lega.
“Serius Vi? Lo mau?” tanya Iel lagi. Hatinya kini dipenuhi oleh bunga yang baru saja bersemi. Berharap Via akan terus membuat perasaannya seperti ini.
“Iya..gue mau Yel….” Kata Via tegas lalu tersenyum.
“Thanks Vi………” ujar Iel lalu berjalan mendekat ke arah Via. membiarkan jarak mereka kini hanya 50 centimeter. Via terbahak, lalu mulai berlari menjauh.
Merentangkan tangannya. Hujan telah menjadi saksinya. Langit telah merekam
semuanya. Iel hanya terkekeh.
“Cieeeeeeeeeeeee………….PJ DONG!!!!!!!!” koor Rio Ify Riko dan Shilla kompak. Iel dan Via tidak menanggapi. Mereka berdua lalu membaringkan tubuh di rumput, dengan keadaan
masih terkekeh. Yang lainnya mengikuti. Akhirnya penantian panjang Iel
mendapatkan akhir yang sangat memuaskan.
****
Krik krik………………………………………………………………………. =___________=“” . maaf garing gak seru atau apapun. AKHIRNYA TAMAT!!!!!!!!!!! *menghempaskan tubuh ke tempat tidur* Makasih buat yang udah nngguin, nagih di twitter dan facebook. Maklum lama, baru merasakan
ejadi anak SMA dan tersenyata………….MELELAHKAN! tugas numpuk dimana-dimana. Gak
ada waktu buatngerjain ginian. Jangankan ngerjain, nyalain computer aja gak
sempet. Tapi yang penting beres kan?
Seru ga? Hahahahahahaha pokoknya makasih lah. kalau kangen(?) sama gue follow
twitter aja yah @dhitals . ehehehe. Betewe ning kapan tutup sih?
luvyeaaaaaaaaaaah :*******
No comments:
Post a Comment