Monday, May 10, 2010

Our Life, Our Destiny, and The Best for Us :) PART 11

Hari Senin, Sekolah.

Semua murid kelas 9 yang tau kalau hari ini sekolah dan gak akan belajar, malah asik-asikan ngaret. Contohnya Ify, dia kembali mendapat rekor ngaret, jam setengah 9 baru sampai sekolah, Rio juga ikut-ikutan lantaran dia berangkat bareng Ify. Sedangkan Shila, Rio, Iel, dan Via yang sampai sekolah jam setengah 8 aja udah panik takut telat dan gak diizinin masuk. Tapi karena kelas 9 udah bebas, tinggal nunggu US dan ujian praktek, mereka bebas dateng jam berapa aja, asal absent.
“Astagfirullah Ify, ini tuh jam setengah 9!.”tegur Via saat melihat Ify baru masuk ke kelas.
“Terus kenapa Vi? Yang penting gue gak telat kan?”ujar Ify enteng sambil duduk di sebelah Via.
“ Rio juga ikutan telat?”Tanya Shilla memastikan.
“Iya. Dia ngotot pengen bareng gue. Yah salah sendiri.”
“Yaelah.”ujar Shilla yang duduk di meja Via.
“Lagian hari ini gak belajar kan? Cuma praktek olah raga aja?”Tanya Ify.
“Iya. Kantin yu. Kayaknya udah ada pangeran-pangeran kita.” Ajak Shilla yang langsung jalan menuju kantin diikuti Via dan Ify.
Dan benar saja di kantin sudah ada Rio cs.
“Halo semuanya.”sapa Via manis.
“Halo.”jawab Iel cs.
“Kalian gak ada jam?”Tanya Shilla melihat Iyel dan Rio santai.
“Hari ini gue jam IPA Mate sama B. indo, jadi gak akan belajar.”jelas Rio.
“Kalo Riko sih kan sekelas, jadi gak usah ditanya.”susul Ify yang ngeliat Riko pengen ditanya, Riko pun tersenyum.
“Hem.”ujar Rio memberi kode biar semuanya diam, pembicaraan mengarah serius.
“Kenapa Yo? Ada yang serius?”Tanya Riko memastikan.
“SMA gue pindah.”ucap Rio santai dengan wajah menunduk, Ify yang sudah tau biasa saja.
“Kemana Yo? Ify…..”Tanya Via sambil melirik Ify yang santai “gimana?”
“Gue udah tau kok.”jelas Ify santai. “Dia pindah ke Surabaya.”
“Gue nitip Ify yah.”ujar Rio tersenyum.
“Emang aku barang.”gerutu Ify bercanda.
“Tapi emang harus pindah Yo?”Tanya Iel pengen tahu kejelasannya.
“Iya lah. Gue mau tinggal sama siapa kalau ortu gue pindah kesana?”
“Ya mungkin lo bisa tinggal sama Tante lo mungkin.”Shilla memberi saran.
“Kata nyokap nanti yang ada gue ngerepotin. Yah gak apa-apa lah. Yang penting Ify juga ngelepas gue pergi.”jelas Rio sambil ngerangkul Ify.
“Lagian masih lama kan? US aja belum, nanti kan ada ujian praktek lagi, terus ada perpisahan. Yah 2 bulan lagi.”ujar Ify santai.
“Yayayayaaaaaaaaaa. Lo berapa lama disana?”ujar Via.
“Gue kurang tau tuh Vi.”
“Eh udah pada daftar buat tes SMA?”Tanya Riko mengalihkan pembicaraan.
“Smanti.”ujar Via semangat padahal dalem mulutnya masih penuh roti.
“Eh buset kebiasaan.”ceplos Riko yang liat mulut Via “Telen dulu dong.”
Via pun mengunyah perlahan rotinya lalu ditelan.
“Kalau gue SMAKBO nih.”ujar Iel.
“Lo kemana Fy? Tanya Riko lagi.
“Smansa (red : SMAN 1) . amin.” Jawabnya.
“Lo mau kemana sama Shilla?”Tanya Via.
“Smanli nih hehe iya gak Ko?”ujar Shilla sambil ngajak Riko tos.
“Iya dong.”jawab Riko sambil menjawab tos Shilla.
“Semoga keterima di tujuan masing-masing. amin.”ujar Iel mendoakan.
“Amin deh.”jawab semuanya mengamini dengan tangan seperti habis berdoa.
“Tapi nanti jangan pada sombong loh!”ujar Iel memastikan.
“Santai aja. Mana mungkin sih gue sombong.”jawab Shilla.
Mereka pun larut dalam kebersamaan. Mereka bersama-sama sampai waktunya pulang. Kadang Ify merasa sedkit pusing, tapi ia menghilangkan perasaan itu. Rio yang menyadari iu memutuskan untuk membicarakan semuanya saat perjalanan pulang. Akhirnya mereka semua pulang, karena sudah lama Shilla gak jalan ke depan sekolah bareng sama Via, mereka pun bareng dan gak nebeng para lelaki. Sedangkan Ify, pasti di anter Rio.
“Fy ke bukit dulu yah.”ajak Rio saat perjalalan menuju pulang dan merendahkan laju kendaraannya.
“Ngapain Yo?”Tanya Ify, padahal hayo aja.
“Aku mau ngomong sesuatu sama kamu.”
“Oke.”
Setelah menempuh perjalalan dari sekolah menuju bukit selama 15 menitan, mereka pun sampai dan langsung duduk di tempat waktu itu. Keadaan lumayan ramai. Banyak anak-anak sekolah lain yang juga main kesitu. Tetapi untungnya sepi di tempat mereka duduk.
“Ko kamu gak ngasih tau aku?”ucap Rio membuka percakapan dengan wajah serius yang tetap memandang pepohonan.
“Tentang apa?”Tanya Ify bingung sambil melihat wajah Rio.
“Penyakit kamu.”ujar Rio lirih mengalihkan pandangan dari pepohonan menuju wajah Ify.
“Kamu tau dari mana?”Tanya Ify bingung, karena setahunya hanya dia , ayah , dan ibunya yang tau.
“Apa itu penting?”ucap Rio “Kenapa kamu gak ngasih tau aku Fy? Dari kapan kamu sakit?”
“Aku takut bikin kamu khawatir.”jawab Ify menundukkan kepala.
“Aku pasti khawatir karena aku sayang sama kamu (ceileh ;p pas ngetik geli sendiri nih).”jelas Rio menatap wajah Ify lekat-lekat. “Kamu bikin aku lebih khawatir kalau kamu gak ngasih tau aku Fy.”
“Yang penting kamu udah tau kan sekarang?”ujar Ify enteng mencoba untuk tersenyum.
“Tapi sekarang aku jadi berat buat ninggalin kamu.”ujar Rio menunduk.
“Aku gak apa-apa kok Yo.”ujar Ify meyakinkan dengan menegadah wajah Rio yang tadi menunduk. “Ini kan masih stadium 1, kemungkinan buat sembuh masih besar.”
“Iya, tapi aku gak bisa ngejain kamu.”ujar Rio
“Kan masih ada temen-temen aku yang lain.”
“Tapi kan mereka gak tau tentang ini.”katanya “Kapan kamu mau ngasih tau mereka?”
“Aku gak janji.”jawab Ify sambil mengalihkan pandang menuju pepohonan “aku takut mereka terlalu khawatirin aku, dan nganggep aku lemah.”
“Tapi mereka juga harus tau.”ujar Rio. “Mereka semua sahabat kita.”
“Iya nanti aku pasti bakal ngasih tau mereka deh.”janji Ify dengan wajah tersenyum.
“Janji?”Tanya Rio sambil mengangkat kelingkingnya.
“Janji.”jawab Ify mengaitkan kelingkingnya ke kelingking Rio.
Rio pun merangkul Ify dan mereka tiduran diatas rumput-rumput yang lebat. Tak terasa jam sudah menunjukan jam setengan 6 sore, Rio yang gak pake jam tangan dan HP nya yang mati karena lowbat gelagapan bingung jam berapa.
“Fy, sekarang jam berapa?”Tanya Rio pada Ify ketika Ify masih senyum terus ngeliatin langit.
“Waktu tidak bisa di ukur.”jawab Ify “Juga tak bisa dimiliki. Waktu tersedia gratis buat semua orang.” Ify bagkit dan berdiri kemudian berputar-putar menikmati segarnya udara pepohonan sambil merentangkan tangannya.
Rio pun ikutan berdiri “Tapi sekarang udah larut, kamu mesti pulang Fy.”pinta Rio takut terjadi apa-apa sama Ify.
“Sebentar lagi ya?”tawar Ify manja sambil mengedipkan matanya. Ify pun kembali duduk di rumput sambil menatap pepohonan.
Rio duduk di sebelah Ify sambil merangkulnya “Kamu sedih gak waktu kamu tau kamu kena penyakit ini?”Tanya Rio tiba-tiba dengan ragu.
Ify tersenyum, akhirnya ada yang nanya, batin Ify , “Nggak tau kenapa aku gak pernah sedih. Aku belajar banyak juga dari Via. Menurut kita bertiga (red : Shilla, Via, Ify) yang terjadi pada diri kita toh udah di garisin sama yang di atas.”jawab Ify menegadah langit.
“Pernah sih aku sedih, tapi aku yakin Tuhan punya rencana yang indah buat aku. Semua masalah pasti ada tujuan nya kan? ini takdir aku, ini hidup aku. Dan ini yang terbaik buat aku (ini judul cerbung aku di bahasa Indonesia in hehe ;p).”lanjut Ify sambil menatap wajah Rio lekat-lekat dengan senyumannya.
“Udah yuk pulang.”ajak Ify sambil langsung narik tangan Rio buat bangun. Setelah Rio bangun, dia masih belum sepenuhnya sadar, ia masih mencerna kata-kata Ify, dia berjalan karena di tarik oleh Ify.
“Ayo dong Yo.”keluh Ify melihat pacarnya malah senyum senyum.
Rio pun sadar “Omongan kamu dewasa banget.”ujar Rio sambil menyalakan mesin motornya.
“Alyssa Syaufika Umari gitu loh.”ujar Ify bangga.
Rio pun langsung noel pipi Ify genit, Ify langsung naik motor Rio dan mereka bergegas pulang. Akhirnya mereka pun sampai di depan rumah Ify, ternyata Mamah Ify udah nungguin Ify dari tadi di depan rumahnya.
“Assalamualaikum Mah.”ujar Ify yang ngeliat Ibunya panik nungguin dia “mamah dari tadi nunggu Ify?”tanya Ify sambil mencium tangan Mamahnya.
“Malem Tante.”ujar Rio sambil menyium tangan Mamah Ify juga.
“Kamu dari mana Fy? Baru pulang jam segini? Kata dokter kan kamu gak boleh cape.”ujar mamah Ify khawatir sama anak sulungnya itu.
“Tadi Ify saya bawa ke Bukit Tante. Ify gak apa-apa kok Tante. Maaf tadi saya lupa ngehubungin Tante.”jelas Rio ngerasa gak enak sama mamah Ify.
“Iya gak apa-apa nak Rio. Yang penting Ify gak cape.”
“Ngga kok Mah, Ify kuat. Jangan manjain Ify yah.”ucap Ify manja ke Mamahnya.
“Kalau ngga gini kamu malah cape-cape mulu.”ujar Mamah Ify sambil natap Ify, lalu beralih pandang ke arah Rio. “Nak Rio, Tante nitip Ify yah.”
“Ye Mamah Ify kan bukan barang.”
“Iya Tante tenang aja. Aku pamit ya Tan, udah malem.”ucap Rio sekalian pamit dan mencium tangan mamah Ify.
“Oh iya hati-hati yah. Makasih yah Nak Rio.”ucap Mamanya.
Rio pun keluar rumah Ify dianter sama Ify sampai gerbang “Denger tuh tadi kata Mamah kamu, kamu di titipin ke aku.”ujar Rio sambil nyalain motornya.
“Iya bawel.”
“Eh awas yah nakal aku bilangin ke Mamah kamu.”ancam Rio bercanda sambil noel-noel dagu Ify gak jelas.
“Kamu juga genit yah aku aduin ke Mamah aku.”ujar Ify ngikutin Rio.
“Eh bisanya ngikutin.”ujar Rio bercanda “Udah yah aku pulang, mandi makan belajar tidur!”nasihat Rio sambil nutup helm fullface nya.
“Siap!”ujar Ify sambil hormat.
“Dadah Ify!”ujar Rio sambil melajukan motornya.
“Dadaaaaaaaaaaah”Ify melambai-lambaikan tangannya ke arah motor Rio, padahal gak akan keliatan sama Rio. Ify pun masuk ke rumah dan menuruti nasihat Rio tadi.

***

Rio yang gak betah nyimpen rahasia sendirian tentang penyakit Ify dan emang gak tahan harus gimana, akhirnya di ke nyuruh Iel ke rumahnya. Dia bilang kalau ini menyangkut masa depan mereka (dih? Gak nyambung! Haha bodo!). tak lama Iel pun datang dan langsung masuk ke kamar Rio dan tadi sudah minta ijin dari si Mbo. Saat membuka pintu kamar Rio, Iel melihat Rio sedang ngegenjrang-genjreng pelan gitarnya sambil nyanyiin lagu kasih putih.
“Lo kenapa Yo?”Tanya Iel yang sudah duduk di kasur Rio, sedangkan Rio duduk di deket jendela gak jauh dari kasur sambil ngeliat ke luar.
“Ify.”jawab Rio lirih.
Iyel mendekati Rio, sekarang duduk di sebelah Rio “Ify kenapa?”Tanya Iel penasaran.
“Dia sakit.”jawab Rio dengan tatapan kosongnya.
“Sakit apa Yo?”Tanya Iel lagi makin penasaran gara-gara Rio jawab setengah-setengah.
“Kanker otak Yel.”jawab Rio lirih dengan menundukkan kepalanya masih megang gitar. “masih stadium satu. Tapi gue takut.”lanjutnya sambil naruh gitarnya itu.
Iel yang mendengar itu langsung shock bin kaget (sama aja neng!) “dari….. kapan?”
“Gue gak tau”ujar Rio sedikit bingung “Omongan dia makin ngaco. Padahal kesempatan buat sembuh masih besar banget. Tapi dia kayak gamau sembuh Yel.”
Iel makin kasihan sama temennya dan bingung juga “Posisi lo sekarang harusnya bikin lo bangkitin semangat dia Yo.”nasihat Iel “Lo kasih dia motivasi, lo jagain dia semampu lo. Gue yakin dia sembuh.”
Rio masih nunduk “Tapi gue bakalan pindah ke Surabaya, gue makin gak tenang buat ngelepas dia.”
“Ada kita Yo.”ujar Iel “Kita bisa diandelin. Kita juga sayang sama Ify karena Ify salah satu sahabat kita.”
“Tapi tetep aja gue gak bisa ngawasin dia secara langsung. Gue pengen selalu ada buat dia.”ucap Rio sedikit emosi, Iel ngerti banget posisi Rio sekarang ini.
“Iya gue tau Yo. Gak gampang ada di posisi lo sekarang ini. Ini semua jalan hidup kita Yo.”kata Iel santai sambil nepuk bahu Rio, “Gue tau kok lo bisa. Lo jangan ngerubah keputusan lo buat pindah. Dia kan yang minta buat lo ngikutin kemauan nyokap lo? Kalau lo malah berubah fikiran dia bakal ngerasa gak enak sama lo, dia bakal ngerasa jadi penghalag antara lo sama keluarga lo.”
Rio mencerna kata-kata Iel, dia pun menegakkan wajahnya yang kusut “Thanks yah. Kalau gue udah pergi, jagain Ify.”pinta Rio ke sahabatnya ini.
“Oke.”janji Iel “hem gue juga mau cerita dong.”ujar Iel sambil cengengesan.
“Kenapa? Via?”ujar Rio udah sedikit semangat gara-gara Iel udah lama gak cerita tentang Via.
“Well, siapa lagi sih yang gue masalahin?”Tanya Iel “Gue sempet baca diary dia gitu, disitu dia nulis kalau dia suka sama gue.”curhat Iel.
“Tuh udah tau kan? Kenapa gak lo tembak?”
“Ngga secepet itu juga kali.”ujar Iyel “Cakka nanya ke Via, kata Via dia pengen focus sekolah dulu, dia pengen buktiin ke orang tuanya kalau dia bisa masuk smanti.”lanjut Iel.
“Santai aja. Perasaan orang kayak Via misterius dan ngasyikin.”ujar Rio yang tukeran ngasih nasehat “Dia juga kayaknya nyaman banget lo selalu kasih perhatian lebih ke dia. Gue yakin kok dia sadar.”
“Thanks yah Yo. Udah beres kan? Gue balik yah?”ujar Iel memastikan sambil bangun dari duduknya.
“Sama-sama. Thanks juga malah. Soal Ify jangan bilang siapaun.”pinta Rio.
Rio pun nganter Iel ke depan rumahnya. Iel pun pulang.

No comments:

Post a Comment